Mitologi Mesir
Thoth: Dewa Pengetahuan
Dikenal sebagai dewa pengetahuan dan sastra, Thoth sering digambarkan sebagai manusia berkepala burung ibis atau babon. Sebagai pemisah antara yang baik dan buruk, Thoth yang mengetahui seluruh hukum gaib dan duniawi adalah juru tulis dan penasihat para dewa-dewi Mesir karena dianggap yang paling terpelajar.
Bersama dengan istrinya, Ma'at, Thoth menjalankan seluruh alam semesta dengan perhitungannya yang tidak pernah salah, dan dianggap pencipta kalender 365 hari. Tadinya, satu tahun adalah 360 hari. Thoth memenangkan taruhan 5 hari dengan bulan, sehingga satu tahun menjadi 365 hari!
Tidak hanya dunia orang hidup, Thoth pun juga berperan di dunia orang mati. Dialah yang menimbang "jantung" roh dengan sehelai "bulu kebenaran" dengan neraca Ma'at. Hasilnya, ia catat dan laporkan ke Osiris. Selain itu, Thoth-lah yang mengaruniakan Horus pengetahuan agar ia bisa menyembuhkan matanya yang dicungkil oleh Seth.
Sebagai salah satu kebudayaan tertua di dunia, mitologi Mesir Kuno terkenal dengan kisah ratusan dewa dan dewinya yang sempat mewarnai kebudayaan dunia. Saking pentingnya, setelah penyatuan Mesir Atas dan Bawah pada 3100 SM, Firaun Mesir adalah imam besar yang memimpin pemujaan dewa dan dewi tersebut
Namun, sekitar abad ke-6 Masehi, Mesir berhenti memuja dewa-dewinya dengan pengaruh Kekristenan yang makin mendunia. Sejak 1971, Islam adalah kepercayaan utama Mesir. Apakah itu berarti mitologi tersebut hilang? Kisah mitologi Mesir Kuno tidak pernah lekang oleh waktu.
Tidak hanya di masa lampau, mitologi Mesir Kuno tersebut terus diadaptasi kisahnya di dunia hiburan. Salah satunya adalah dengan film "Gods of Egypt" pada 2016 dan anime, manga serta game kartu Jepang "Yu-Gi-Oh!" pada 1996 - 2004.
Penasaran dewa dan dewi apa saja yang dipuja oleh orang Mesir Kuno? Ratusan! Namun, hanya beberapa yang terkenal dan terus menjadi referensi Mesir Kuno hingga saat ini. Yuk, simak 11 dewa dan dewi Mesir Kuno yang amat dipuja di zamannya dan aspek yang diwakilkannya.
Bastet/Bast: Dewi Kucing
Dikenal sejak Dinasti Ke-2 Mesir (abad ke-29 SM), Bastet adalah dewi perlindungan yang memiliki badan manusia dan kepala kucing. Selain kucing, Bastet yang juga disebut Bast juga memiliki kepala singa atau kucing hutan seperti Sekhmet. Namun, sejak Periode Menengah Ke-3 Mesir (1070 SM), kepala Bastet lebih identik dengan kucing.
Sebagai salah satu mata Ra, Bastet bertempur melawan ular Apep. Karenanya, Bastet dianggap dewi pelindung dari roh jahat dan penyakit. Mengingat fertilitas kucing, Bastet juga identik dengan konsep kesuburan kandungan. Dalam mitologi Yunani, Bastet dikenal sama seperti Artemis, dewi pemburu dan bulan. Sementara, dalam film superhero Marvel, Black Panther (2018), Bast mengambil rupa panther dan adalah dewa, bukan dewi.
Ptah: Dewa Kerajinan dan Arsitektur
Ptah adalah salah satu dari "Trinitas" di Memphis, Mesir, bersama dengan istrinya dan dewi berkepala singa, Sekhmet, serta putranya, Nefertem. Ptah adalah dewa kerajinan tangan dan arsitektur yang dianggap sebagai pencipta alam semesta. Konon, nama Mesir dalam bahasa Yunani kuno, "Aiguptos", berasal dari kata Hwt-Ka-Ptah, yang berarti "Rumah Roh Ptah".
Sementara kerap disandingkan dengan arsitektur, Ptah juga dianggap sebagai "ayah" dari arsitek dan imam Dewa Ra yang legendaris, Imhotep. Sekitar 3.000 tahun setelah kematiannya, Imhotep didewakan dan dianggap sebagai putra Ptah.
Baca Juga: 10 Hewan yang Menapakkan Jejak di Sejarah Peradaban
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Sebagai salah satu dewa peradaban dunia yang dikaitkan dengan matahar, Mesir Kuno memiliki dewa Ra (terkadang disebut "Re"). Mirip seperti Horus, Ra digambarkan memiliki tubuh manusia dan kepala elang. Selain Ptah, Ra dianggap sebagai pencipta segalanya. Konon, manusia tercipta dari keringat dan air mata Ra.
Sejak abad ke-25 atau ke-24 SM, Dewa Ra dianggap sebagai salah satu dewa terbesar di Mesir Kuno, dan dipuja di Heliopolis (timur laut Kairo masa kini). Tidak hanya Matahari, Ra juga menguasai langit, Bumi, dan Duat. Saat dewa Amun naik pamor pada masa Kerajaan Baru Mesir (abad ke-16 hingga abad ke-11 SM), Amun dan Ra disatukan menjadi Amun-Ra.
Layaknya Matahari, Dewa Ra digambarkan mengarungi langit pada pagi hingga sore hari dengan Mandjet/Perahu Pagi. Pada malam hari, Ra mengarungi Duat dengan Mesektet/Perahu Malam. Saat mengarungi langit, Ra ditemani oleh tiga makhluk: Sia (wawasan), Hu (perintah), dan Heka (kekuatan gaib).
Saat mengarungi dunia orang mati, Ra berubah menjadi Atum dan kepalanya berubah jadi kepala kambing. Ra pun harus bertempur melawan ular Apophis agar bisa kembali terbit keesokan harinya di ufuk timur. Proses ini melambangkan kematian dan kelahiran kembali Ra sebagai Dewa Matahari yang kuat.
Isis: Dewi Bulan, Dunia Orang Mati, dan Keibuan
Tidak seperti dewa dan dewi umumnya, tidak ada referensi yang jelas mengenai Isis. Namun, seiring perkembangan Mesir Kuno, pengaruh Isis semakin besar hingga menjadi salah satu yang terpenting di jajaran dewa dan dewi Mesir Kuno. Sebagai istri Osiris yang adalah dewa dunia orang mati, Isis adalah dewi yang menangani upacara kematian. Bersama dengan saudarinya, Nephthys, Isis adalah dewi pengiring roh menuju Duat.
Isis lah yang dengan setia mencari sisa jasad Osiris dan membangkitkannya walaupun hanya sementara dengan kekuatan gaibnya. Isis juga adalah ibu dari Horus. Konon katanya, saat meratapi Osiris dan menyatukan jasadnya, air mata Isis begitu deras sehingga berubah menjadi sungai Nil.
Figur Isis kemudian diadaptasi ke dalam beberapa kepercayaan pada zaman Yunani-Romawi. Salah satunya ia diadaptasi menjadi dewi Afrodit. Beberapa sumber mengatakan bahwa citra Bunda Maria dan Bayi Yesus diadaptasi dari citra Isis dan Horus.
Anubis: Dewa Kematian dan Mumifikasi
Digambarkan sebagai Mr. Jacquel dalam seri American Gods (2017), Anubis adalah dewa kematian Mesir Kuno bertubuh manusia dan berkepala anjing yang mengurus mumifikasi jasad Mesir Kuno. Orang Mesir mencatut "anjing" sebagai kepala dari Anubis karena anjing sering terlihat di daerah pemakaman.
Pada zaman Kerajaan Lama (abad ke-26 - abad ke-22 SM), sebelum Osiris mengambil alih, Anubis dianggap sebagai raja Duat. Konon, Anubis lah yang membalsami jasad Osiris. Oleh karena itulah, Anubis dianggap sebagai dewa pembalsaman. Sempat berubah-ubah, Anubis sebelumnya dianggap anak Ra, sebelum menjadi anak Seth dan Nephthys, serta Osiris.
Osiris: Dewa Dunia Orang Mati
Osiris, salah satu dewa terpenting Mesir, adalah dewa dunia orang mati/Duat. Menurut mitologi Mesir, Osiris adalah seorang raja atas Mesir yang dibunuh dan dimutilasi oleh saudaranya sendiri, Seth (beberapa versi mengatakan kalau Seth menipu Osiris agar ia mau masuk ke peti lalu dikunci dari luar).
Jika jasad Osiris tidak disatukan, maka rohnya tidak akan bisa pergi ke Duat. Istri Osiris sekaligus saudari kandungnya, Isis, bersama dengan dewa dan dewi lain berusaha mengumpulkan kembali sisa jasad Osiris dan membangkitkannya sementara dengan kekuatan gaibnya. Setelah bangkit, Osiris dan Isis memperanakkan seorang putra, Horus.
Dibalsami oleh Anubis, Osiris dianggap "mumi pertama" di Mesir. Kematian dan kebangkitan Osiris melambangkan masa kesuburan dan kekeringan di Sungai Nil yang adalah sumber agrikultura rakyat Mesir Kuno. Lalu, mengapa Osiris bisa disebut dewa orang mati? Simak terus, ya!
Horus: Dewa Langit, Perang, dan Berburu
Terkenal dengan citranya sebagai manusia berkepala elang dan matanya yang tajam serta melihat segala hal sebagai pelindung yang percaya kepadanya, Horus adalah dewa langit, perang, dan berburu. Dialah putra dari Osiris dan Isis. Setelah dilahirkan, Horus pun bersumpah akan membalaskan ayahnya pada Seth.
Mata kanan Horus dikenal melambangkan Matahari dan Dewa Ra, sementara mata kirinya melambangkan Dewa Thoth dan Bulan. Terkenal sebagai dewa langit yang mengenakan mahkota merah putih, Firaun Mesir pada zaman dulu dianggap sebagai manifestasi dari Horus. Horus sendiri adalah dewa pelindung kota Nekhen/Hierakonpolis.
Dalam pertempuran melawan Seth di Edfu, mata kiri Horus dicungkil oleh Seth yang kemudian disembuhkan oleh pengetahuan dewa Thoth (versi lain mengatakan kalau ia mengambilnya secara paksa dari Seth).
Menang atas Seth, Horus dengan rela memberikan matanya sebagai "makanan" untuk Osiris agar bisa "hidup" dan merajai Duat. Oleh karena itu, Osiris dianggap dewa orang mati, sementara Horus raja orang hidup. Kemudian, mata Horus pun diartikan juga sebagai "pengorbanan" dan "kesembuhan".
Seth: Dewa Kehancuran, Padang Pasir, dan Badai
Karakter antagonis utama dalam mitologi Mesir adalah dewa Seth, yang membunuh dan memutilasi saudaranya sendiri, Osiris! Dikaitkan dengan planet Merkurius, Seth adalah dewa padang pasir, gurun, dan dianggap sebagai pembawa kehancuran atas Mesir. Seth sendiri adalah ayah dari Anubis, dan dipuja oleh kota Ombos (Naqada masa kini).
Berbeda dengan dewa-dewi lain yang bentuknya jelas, rupa Seth tidak jelas! Ia digambarkan sebagai entah binatang atau manusia berkepala binatang yang tak diketahui spesiesnya. Kepala Seth digambarkan seperti trenggiling dengan moncong yang panjang dan telinga panjang berujung persegi yang mencuat ke atas.
Kisah pertempuran Seth dan Horus direkam pada silsilah "Persaingan Seth & Horus" yang ditemukan lewat kertas Papirus Chester Beatty dari zaman dinasti ke-20 Mesir. Bertempur melawan Horus dan kalah, Seth sempat digambarkan kehilangan buah zakar sebagai tanda kemandulan dan hilangnya kekuatan, sementara ia berhasil mencungkil mata Horus yang tidak kalah pentingnya.
Amun/Amun-Ra: Raja Dewa Mesir
Sebelum naik daun saat Kerajaan Baru Mesir, Amun adalah dewa udara yang disembah di Thebes, dan nama Amun berarti "tak terlihat" atau "dia yang tersembunyi". Bersama dengan istrinya, Mut, Amun-Ra memperanakkan Khonsu, dewa Bulan, dan membentuk Trinitas Thebes. Amun digambarkan bertubuh manusia bermahkotakan dua jambul yang berdiri sejajar, dan simbol hewannya adalah kambing serta angsa.
Sejak pemberontakan Hyksos dan naiknya Ahmose I pada abad ke-16 SM, barulah Amun disembah oleh rakyat Mesir karena dianggap memberi kemenangan. Apalagi, setelah bergabung dengan Dewa Matahari Ra, Amun-Ra menjadi "Raja Dewa" Mesir Kuno selama masa Kerajaan Baru Mesir. Amun-Ra sejajar dengan Zeus dalam mitologi Yunani.
Dikarenakan perkembangan peradaban manusia yang saling menginvasi satu sama lain di masa lampau, mitologi Mesir kemudian digantikan oleh kepercayaan Abrahamik, bermula dari Kekristenan hingga Islam pada masa kini. Saat ini, dewa dan dewi tersebut hanya menjadi bagian dari sejarah dan hiburan masyarakat dunia.
Itulah 11 dewa-dewi Mesir yang disembah di zaman Mesir Kuno. Meskipun sudah tidak disembah lagi di masa kini, kisah-kisah mereka terus diadaptasi dan menjadi bagian dari dunia hiburan, dari komik hingga film, walaupun keakuratannya patut dipertanyakan!
Baca Juga: Tragis, Ini 7 Kebakaran Besar yang Mengubah Sejarah Dunia
Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Pegasus adalah kuda putih bersayap yang tercipta dari darah Medusa setelah Perseus memenggal kepala Medusa.
Satu-satunya manusia yang bisa menunggangi Pegasus adalah Bellerofon. Bellerofon mampu menjinakkan Pegasus setelah memperoleh tali kekang emas dari Dewi Athena. Bellerofon menunggangi Pegasus dalam berbagai petualangannya, misalnya ketika membunuh Khimaira, mengalahkan kaum Solimi, dan memerangi bangsa Amazon.
Suatu ketika Bellerofon mencoba menunggangi Pegasus untuk menuju Olimpus, kediaman para dewa. Para dewa menghukum Bellerofon dengan mengirim serangga untuk menyengat Pegasus sehingga Pegasus mengamuk dan menjatuhkan Bellerofon. Setelah itu Pegasus tinggal di kandang kuda di Olimpus dan berperan sebagai pembawa petir Zeus.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Halaman ini berisi artikel tentang pahlawan dalam mitologi Yunani. Untuk kegunaan lain, lihat
Perseus adalah suami dari Andromeda. Ia merupakan legenda dari Mikene dan Dinasti Perseid. Perseus merupakan pahlawan pertama dalam mitologi Yunani yang telah mengalahkan berbagai monster yang dikirim oleh dewa-dewa Olimpus. Perseus juga merupakan pahlawan Yunani yang telah berhasil membunuh Gorgon, Medusa, dan merebut Andromeda dengan menyelamatkannya dari monster laut yang dikirim oleh Poseidon sang dewa laut, pada saat Andromeda dijadikan korban persembahan oleh ibunya Ratu Kassiopeia.
Wikimedia Commons memiliki media mengenai
Ular-sendok Mesir (Naja haje) adalah spesies ular sendok yang endemik di Benua Afrika. Sebutannya dalam bahasa Inggris adalah Egyptian cobra atau Egyptian Asp.[2]
Nama ilmiah genusnya, Naja, diambil dari kata Sansekerta, nāgá (नाग) yang berarti "ular-sendok". Sedangkan nama spesifiknya, haje, diambil dari kata Arab, hayya (حية) yang berarti "ular".[3]
Ular-sendok Mesir adalah salah satu jenis ular sendok terbesar di Benua Afrika. Kepalanya dapat dibedakan dari leher. Matanya besar dengan pupil bundar. Panjang tubuhnya (termasuk ekor) berkisar antara 1 sampai 2 meter, dengan panjang tubuh maksimum kurang dari 3 meter. Warna tubuhnya bervariasi, biasanya berwarna kecokelatan, kadang-kadang dihiasi dengan bercak-bercak terang atau gelap, serta terdapat corak di bawah mata. Beberapa spesimen yang ditemukan berwarna merah tembaga atau kelabu kecokelatan. Spesimen-spesimen yang ditemukan di Maroko dan Sahara bagian barat cenderung berwarna kehitaman. Bagian bawah tubuh (ventral) umumnya berwarna putih krim, kuning kecokelatan, kelabu, biru kelabu, cokelat gelap atau kehitaman, dan terkadang disertai dengan bintik-bintik.[4]
susunan sisik (scalation) pada ular-sendok Mesir terdiri dari sisik dorsal (tubuh atas) sebanyak 19-20 di bagian tengah, sisik ventral sebanyak 191-220, perisai (sisik) anal tunggal, sisik subkaudal berpasangan sebanyak 53-65 buah, satu sisik preokular, 3 (atau 2) sisik postokular, dan 2 atau 3 sisik subokular, kemudian sisik labial (bibir) atas sebanyak 7 (sedikitnya 6 atau 8) buah (terpisah dari mata oleh sisik subokular), sisik labial bawah sebanyak 8 buah, serta sisik temporal 1+2 atau 1+3.[4]
Ular-sendok Mesir tersebar luas di Afrika bagian utara, meliputi Algeria, Burkina Faso, Kamerun, Rep. Afrika Tengah, Rep. Demokratik Kongo (Zaire), Chad, Mesir, Eritrea, Ethiopia, Guinea-Bissau, Guinea (Conarky), Kenya, Libya, Mali, Sahara barat, Mauritania, Maroko, niger, Nigeria, Senegal, Somalia, Sudan, Tanzania, Uganda, Zimbabwe, dan juga disebutkan terdapat di Yaman.[1]
Ular-sendok Mesir dapat dijumpai di berbagai habitat seperti stepa, sabana, gurun (semi-desert) dengan sedikit persediaan air dan vegetasi. Ular ini kerap ditemukan di dekat sumber air. Ular ini juga dapat ditemukan di daerah pertanian, serta di pemukiman manusia di mana ular ini sering masuk ke rumah. Ular ini berkeliaran ke perkampungan karena hewan pengerat dan unggas peliharaan. Ada juga catatan yang menyebutkan bahwa ular-sendok Mesir berenang di Laut Mediterania.[4][5]
Ular-sendok Mesir adalah ular terestrial (hidup dan berkelana di atas tanah) dan nokturnal (berkelana pada malam hari). Akan tetapi, ular ini juga terlihat sedang berjemur pada pagi hari. Ular ini menyukai tempat tinggal tetap berupa liang hewan yang terlantar, gundukan rayap, atau bebatuan. Ular ini kadang-kadang juga memasuki pemukiman manusia, terutama ketika berburu unggas peliharaan. Mereka adalah ular yang berani, sering kali berdiri tegak saat terancam. Ia dikenal dengan tampilan tudungnya yang ikonik dan dapat menyerang dengan cepat ketika diprovokasi.[6] Seperti jenis ular-sendok lainnya, ular ini akan mengangkat kepala dan mengembangkan lehernya ketika terancam, walaupun ular ini biasanya lebih memilih melarikan diri. Makanan utama ular ini adalah kodok, tetapi ular ini juga memangsa mamalia kecil, burung, telur, kadal, dan ular lain.[5][7]
Ular-sendok Mesir, spesimen dari
Ular-sendok Mesir adalah salah satu ular berbisa yang sangat mematikan. Racun bisanya terutama bersifat neurotoksin dan sitotoksin.[8] Bisanya berpengaruh terhadap sistem saraf, dan juga mampu mempengaruhi kerja jantung dan paru-paru, serta menyebabkan gangguan pernapasan dan kematian. Gejala yang timbul setelah digigit di antaranya rasa nyeri, sedikit pembengkakan, memar, nekrosis, dan beberapa gejala lainnya seperti sakit kepala. Tidak seperti beberapa spesies ular-sendok (spitting cobra) Afrika lainnya, ular ini tidak mampu menyemprotkan bisa.[9]
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dewa-dewi Mesir Kuno adalah dewa dan dewi yang disembah pada masa Mesir Kuno. Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah banyak Dewa (politeisme). Menurut kepercayaan Mesir Kuno, para Dewa merupakan makhluk-makhluk yang lebih berkuasa daripada umat manusia dan mengatur aspek-aspek kehidupan umat manusia. Mereka memberkati manusia, melindungi manusia, menghukum manusia, dan mencabut ajal manusia. Dewa-Dewi dalam kepercayaan bangsa Mesir Kuno merupakan penguasa setiap bagian dan unsur alam. Para Dewa merupakan Tuhan tersendiri sesuai dengan kemahakuasaan yang dimilikinya. Para Dewa yang menentukan nasib setiap orang.